
Aku masih ingat, ketika senja itu kau datang padaku
Dalam hujan dan basah, kau dekap erat tubuhku
Tak ada jengkal sedikitpun antara aku dan kamu
Bibirmu mengatup membiru
sedang matamu memerah saat itu
sedang matamu memerah saat itu
Gumpalan darah membeku
Melekat di sendi-sendi tubuhmu
seakan ingin ikut bernyanyi bersama rintikan hujan lebat saling berburu
Melekat di sendi-sendi tubuhmu
seakan ingin ikut bernyanyi bersama rintikan hujan lebat saling berburu
Kau terseok oleh derita masa lalumu
Kau lumpuh ketika itu
Kau tengadahkan tanganmu,
Mengharap kembalinya kasih dariku
Mengharap kembalinya kasih dariku
Kau tergeletak layu dipangkuanku.
Kau menghiba kala itu
Aku diam, bukan sengaja bungkam.
Namun, aku hanya ingin mengikuti coretan demi coretan lukisan yang ingin engkau torehkan disetiap kisah pagi itu.
Kebersamaan denganmu bukan hanya sekedar impian dan angan
Percayalah,
Jika memang benang merah telah terlilit pada alur nadi kita
Percayalah,
Jika memang benang merah telah terlilit pada alur nadi kita
Biarkan saja Tangan Tuhan yang lebih berperan untuk mengatur setiap kisah ini
Biarkan......
Hong Kong- 210.41
16 November 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar