Senin, 23 Juli 2012

Berkunjung ke Hong Kong Book Fair


13429751691978105012
Foto:  Ani Ramdhan 

Minggu 22 Juli 2012 ,  saya berkesempatan berkunjung ke Hong Kong Book Fair.  Pameran tahunan yang diselenggarakan oleh  Hong Kong Trade Development Council (HKTDC).  Event yang selalu ditunggu-tunggu oleh mereka pecinta buku. Biasanya, di Hong Kong sendiri acara ini digelar pada bulan Juli.  Dan untuk tahun ini, Hong Kong Book Fair dibuka semenjak tanggal 18-24 Juli 2012. Dengan mengusung sebuah tema, yakni “Reading the World, We Read Therefore We Know.”



Bertepatan hari ke dua bulan puasa di Hong Kong, cuaca yang sangat panas, agak sedikit berkurang karena datangnya anginTyphone tingkat 1. Tetapi bukan berarti, suasana pameran akan terasa sejuk dan adem karena AC yang terus menyala.  Ribuan pengunjung padat berjubel semenjak antrian di luar yang mengular dan terjaga  ketat oleh barisan-barisan Polisi. Diikuti oleh 530 stand pameran dari 20 negara, pameran ini menjadi sebuah daya tarik liburan musim panas bagi keluarga-keluarga di Hong Kong.  Karena pada bulan Juli ini, para pelajar di Hong Kong sudah memasuki liburan musim panas.  Dan akan kembali ke bangku Sekolah setelah liburan musim panas, yakni pada awal bulan September.
Bertempat di Hong Kong Convention and Exhition Centre 1 Harbour Road, Wanchai, pameran bisa dinikmati sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan.


FAIR DATE
OPENING HOURS
18-19 July 2012 (Wed-Thur)
10am-10pm
20-21 July 2012 (Fri-Sat)
10am-12 midnight
22-23 July 2012 (Sun-Mon)
10am-10pm
24 July 2012 (Tue)
9am-5pm


Sementara untuk pembelian tiket masuknya, terbagi menjadi dua waktu. Untuk pengunjung yang datang dibawah jam 12 siang, maka harga tiket dapat diperoleh dengan hanya membayar $10 per lembar. Berlaku sama antara orang dewasa dan anak-anak. Sementara bagi pengunjung yang datang di atas jam 12 siang, maka harga perlembar tiketnya berbandrol $25, berlaku untuk dewasa. Dan harga $10 perlembar tiketnya tetap diberlakukan  untuk anak-anak.  Tidak hanya itu, Hong Kong Book Fair sendiri, juga mendirikan counter pembelian tiket khusus bagi penyandang cacat yang diterbitkan oleh Biro perburuhan dan kesejahteraan dengan harga $10 per lembarnya.  Pelayanan kenyamanan konsumen yang menurut saya sangat melegakan.

1342974077992399039
Tiket
Satu hal yang terlihat sangat unik dan sepertinya ini memang diwajibkan bagi siapa saja yang berkunjung ke Book Fair.  Ialah tentengan tas-tas ransel yang besar serta troli-troli yang biasa digunakan untuk mengangkat barang berat ketika belanja. Bahkan, ada di antara mereka yang sengaja membawa Koper besar,  sama seperti ketika kita hendak bepergian ke luar kota.
1342975029756485207
Kemudahan fasilitas lainnya juga disedikan oleh pengelola acara Book Fair.  Bagi pengunjung yang membeli buku dalam jumlah banyak dan tidak membawa Troli, dan terasa berat untuk membawa pulang dalam jumlah yang sedemikian, maka dapat memanfaatkan fasilitas pengiriman barang yang counternya juga sudah tersedia di salah satu sudut jalan menuju exit. Dan juga tersediannya Kafetaria di dalam ruangan pameran, di mana pengunjung tidak perlu bersusah payah harus keluar masuk ruangan hanya untuk membeli air.
1342974350974982153
Sudut pameran.
1342977190216216433
Sudut pameran.
134297723063093099
Sudut pameran.
Berada di antara ribuan buku-buku. Berjubel di antara gerak cepat dan sikut-sikut bahu memang merupakan sensasi sendiri ketika kita berada di sebuah pameran buku.  Ketika saya berkeliling dari satu counter ke counter lain, ditemani seorang teman, Aulia, sempat berhenti di salah satu stand pameran buku dari India.  Ternyata tidak hanya Buku yang mereka pamerkan. Tetapi juga merupakan tampilan beberapa kebudayaan. Terdapat beberapa volunteer yang sedang melukis Inai atau biasa disebut Henna.  Dikenakan tarif  $30 per orang bagi mereka yang berkeinginan untuk mencoba lukisan tangan dengan corak cantik yang biasanya lebih sering saya  lihat pada acara pengantin mempelai wanita di film-film India. Dan juga, tiga orang yang sedang menyanyi dalam bahasa India, tetapi secara wajah mereka nampak bukan dari orang India asli. Tetapi wajah mereka adalah wajah orang barat. 


 Chant Hare Krishna and Be Happy. Hare Krishna. Hare Krishna. Diiringi  dengan Tabla, Daburka, nyanyian itu berlangsung dengan nada sama, dan terus berulang. Tergelitik dengan apa yang dinyanyikan, saya bertanya kepada salah seoarang wanita India yang berada di counter tersebut. Apa arti dari lagu yang dinyanyikan, kok nadanya tetap sama serta berulang? Dan dia dengan senang hati menjelaskan, jika Hare itu dalam bahasa India berarti Indah. Dan Krisna itu berarti Tuhan. Jadi arti dari keseluruhan, yang dapat saya fahami, adalah mereka menyanyikan pujian, bahwa Tuhan itu sebenarnya indah.  Maka berbahagialah.
13429745221881979510
Chant Hare Krishna and Be Happy.
1342974829584936389
Berminat melukis Henna? Hanya $30.
Berada dalam satu gedung yang sangat luas, antrian berjubel serta kebisingan saling tawar yang seperti lebah sudahlah pasti membuat sesiapa saja pengunjung berkeinginan untuk segera memilih buku, mengantri di kasir, kemudian pergi. Eiiits, tunggu dulu ya. Janganlah tergesa-gesa memilih dan membayar. Ada baiknya    kita menyengajakan melihat-lihat dulu secara harga dari satu counter ke counter lainnya. Membandingkannya untuk kemudian membelinya.  Karena saya sudah membuktikan. Buku Tuesday With Morrie yang saya temui di counter pertama berbandrol harga $78 per exlempar. Tetapi pada sudut berlawanan counter dengan jarak langkah yang lumayan jauh dapat saya temui karya-karya Mitch Albom berjejer dengan karya-karya best seller  lainnya dengan harga yang sangat berbeda. Yakni seharga $120 untuk 3 exlempar Buku. Nah,lo. Bukankah ini sesuatu banget. Hehe.
13429746061553549211
Karya-karya Mitch Albom.
1342974659750908957
Sudut pameran.
Dan satu lagi, kalau kita ingin mengirit budget. Ada baiknya kita berkeliling dengan lebih teliti lagi. Sebab, saya juga menemukan rezeki yang tidak terkira. Di salah satu sudut pameran yang berbeda, tumpukan buku-buku second hand dengan kualitas yang masih layak dari beberapa penulis dapat kita pilih dan pilih dengan harga yang bikin hati adem. Hanya dengan $30 per exlempar. Dan malahan cukup dengan harga $100 untuk 5 exlempar buku. Bukankah ini lebih sesuatu. Hehe.
13429747071744408671
Sudut pameran.
13429747461848277916
Betsellers 40% off. Found it.
Berkeliling menikmati pameran, ada sedikit pertanyaan dalam hati saya. Kok Buku-buku  dari Indonesia tidak ada di antara counter-counter itu ya? Entahlah, memang tidak ikut pameran, atau saya saja yang memang kurang teliti melihat seluruh pameran yang ada.
Selamat menikmati musim panas. Selamat liburan. Dan selamat menikmati pameran.



Ani
Newterritories. 11.45PM

Sabtu, 21 Juli 2012

Buruh Migrant Berserikat, Bersatu Membela Hak BMI




Foto:  Ani Ramdhan




Dompet Dhuafa Hong Kong bekerja sama dengan UNIMIG (Union Migrant Indonesia ) menggelar acara “BMI Bicara Masa Depan”, Minggu 6 Mei 2012 di Tin Hau Art Center – Tin Hau.

Dalam acara tersebut turut menghadirkan narasumber di antaranya, H.M. Martri Agoeng (Angota DPR RI Komisi 9), Muhammad Iqbal (Presiden UNIMIG), Sumiati dari Komunitas Migran Indonesia (KOMI), dan Sringatin dari Indonesian Migrant Worker Union (IMWU).  Selain itu, tampil pula Utami dari GOLPINDO (Gabungan Olah Raga Putri Indonesia), Endang (perwakilan Organisasi Muslim Buruh Migran Indonesia di Hong Kong dari POSMIH), Susie Utomo (Forum Lingkar Pena Hong Kong), Pewarta BMI HK, serta bertugas selaku moderatornya ialah Bustomi.

Setelah sambutan mengawali acara, yang di buka oleh General Manager Dompet Dhuafa Hong Kong (GM DDHK), Ustadz Ahmad Fauzi Qosim , kemudian berlanjut dengan sambutan dari beberapa narasumber.

Memasuki sesi tanya jawab, para audience  sangat bersemangat untuk tidak melewatkan kesempatan ini. Beberapa pertanyaan tentang KTKLN, hak libur, gaji underpay  serta perlindungan hak-hak selama pra pemberangkatan, masa kerja dan setelah pulang ke Indonesia mengalir deras. Hal ini membuktikan bahwa selama ini  masih banyak permasalahan pelik yang menjadi bagian dari BMI. Baik itu yang sudah tercover atau belum.

“Kami mengharap, jika nantinya DPR akan membuka komunikasi dua arah, di antara BMI langsung dengan Pemerintah. Di mana hal ini untuk menghindari manipulasi berita yang terjadi di lapangan.” Harapan Susie Utomo kepada H.M Martri Agoeng, selaku perumus RUU Perubahan terhadap UU 39/2004 tentang Perlindungan dan Penempatan TKI di Luar Negeri.

Dalam kesempatan yang sama, diresmikan pelantikan pengurus UNIMIG Indonesia-Hong Kong oleh Presiden UNIMIG.   Di mana, UNIMIG sendiri sudah mempunyai perwakilan di beberapa Negara. Malaysia, Singapura, Taiwan dan Arab Saudi. Terpilih sebagai ketuanya ialah Pujiatun (Anggota Advokasi LPAM DDHK).  Dengan berserikat, diharapkan wawasan BMI semakin luas, sehingga dapat meminimalisasi setiap permasalahan yang mungkin terjadi.


Dimuat Majalah Iqro Hong Kong Edisi Juni 2012. ***AR***

Jumat, 20 Juli 2012

Mau dimanapun Tempatnya, Ramadhan Tetap Ada di Hati Kita.



Foto: Karya  Sinna Hermanto


Funying Cai Kai. Selamat datang Puasa. Welcome Ramadhan.


Memasuki akhir  minggu ke-tiga  di bulan Juli ini adalah hari yang sangat istimewa. Bagi saya sendiri, ataupun mereka yang memang mempunyai perasaan yang sama seperti yang saya rasakan.  Hari yang  mengawali setiap perubahan pada setiap insan. Untuk lebih baik, untuk lebih bisa memanfaatkan sedetik waktu yang bergulir agar senantiasa menjadikannya sebagai tambahan ibadah.


Informasi dari minggu-minggu lalu yang saya dapatkan , ialah kebingungan yang penuh praduga. Perbedaan hari awal tentang puasa ramadhan memang tak hanya terjadi di tanah air saja. Menurut informasi yang tersebar, KJRI Hong Kong memutuskan untuk mengawali shalat taraweh pada 19 Juli, atau malam Jumat. Jadi puasa ramadhan akan dimulai pada hari Jumat. Tetapi informasi yang lain, yakni Islamic Union of Hong Kong, akan mengawali puasa ramadhan pada 21 Juli 2012, yakni hari Sabtu.

Memanfaatkan fasilitas komunikasi facebook, akhirnya saya memperoleh kepastian berikutnya tentang keputusan hari pertama kapan puasa ramadhan akan dimulai untuk negara Hong Kong.  Informasi terbaru dari Islamic Union of Hong Kong, hasil sidang Isbath atau ijma' ulama Hong kong pukul 20.00 (pada hari kamis) ,sesuai hisab dan ru'yatul hilal memutuskan awal ramadhan di Hong Kong jatuh sabtu, 21 Juli 2012.  Jadi, awal ramadhan ini sama dengan keputusan Pemerintah Indonesia yang menetapkan masuknya bulan Ramadhan 1433 Hijriah adalah pada hari Sabtu.


Ah, alhamdulillah lega rasanya mendengar kabar yang mencerahkan ini.

Oh ya, mau narsis sedikit di lapak ini ya. Hehe. Tahun ini adalah tahun ke-tujuh saya menjalankan ibadah puasa di Hong Kong. Perbedaan yang sangat mencolok tentunya, sangat terasa jika kita mengambil perbandingan kondisi dengan pelaksanaan puasa di tanah air. Tetapi, menurut saya sendiri, perbedaan kondisi tersebut bukanlah sebuah hal yang menjadi beban. Justeru sebaliknya, kita berlakukan saja kondisi ini sama layaknya ketika kita di tanah air. Bahwa sesungguhnya pelaksanaan ibadah puasa itu bukanlah tergantung dari tempat serta kondisi di mana kita tinggal. Tetapi semua itu ada di sini. Di hati kita. Di kepercayaan dan keimanan kita. Jadi kenapa harus dijadikan beban?


Dan sudah dapat dipastikan, jika pelaksanaan puasa tahun ini akan berlangsung seperti tahun-tahun yang lalu, ataupun seperti enam tahun yang lalu. Summer. Musim panas dengan terik matahari yang terasa menyayat lapisan-lapisan kulit serta dahaga adalah masih sama. Dan juga kondisi kerja yang mungkin juga akan tetap sama. Tak ada toleransi untuk kita yang sedang berpuasa. Setidaknya anggap saja  ini adalah ujian kita. Ujian di mana kita akan belajar untuk berlaku jujur terhadap diri sendiri. Sebenarnya tujuan kita berpuasa itu apa?


Marhabban Ya Ramadhan. Semoga setiap detik lelah yang kita perjuangkan jauh dari keluarga ini akan mendapatkan balasan dari-Nya. Terhitung sebagai ibadah, Insy Allah.


Mohon maaf lahir dan batin untuk semua khilaf-khilaf diri ini. Semoga ramadhan ini dapat melunakkan hati kita. Membawa hikmah dalam setiap langkah yang kita kayuhkan.  Wallahu’allam.



Ani Ramdhan
5.50 PM/ 20.07.2012

Kamis, 19 Juli 2012

Secarik Resah



foto: koleksi pribadi


Januari Minggu pertama. Awal tahun yang mengasyikan. Diibaratkan, kondisiku sekarang ini seperti mendapatkan  durian runtuh. Rejeki yang tidak pernah terkira. Cihuuuuy, ada dua hari berturut-turut untuk melepas kepenatan yang sudah nyembul di pelataran angan. Minggu pagi yang dingin.  Tidak ada alasan untukku bermalas-malasan di atas ranjang. Meskipun tadi malam baru dapat jatah tidur setelah larut tengah malam. Jam setengah tiga. Tubuhku baru mendapatkan hak untuk istirahat, setiap akhir pekannya.


Kebiasaan majikanku memang tidak pernah berubah. Atau mungkin dengan sengaja tidak mau merubahnya. Ah, entahlah. Selalu ada pesta setiap akhir pekan. Mengundang beberapa kawan, kerabat, juga  kolega bisnisnya yang datang dari Beijing.

“Di rumah kami ada banyak orang  loh, cece !” Kalimat itu keluar dari sing sang ketika kami melakukan interview sebelum tanda tangan kontrak kerja baru di Agentku.

“Hoak. Mou man dhai.” Seketika aku mengiyakan ketika majikan lelakiku memberi warning jika bekerja di rumahnya pasti akan terasa  berat.  Siapkah?

Bukannya tanpa alasan aku mengiyakan tawaran itu. Lou Sang. Bapak Agencyku yang sangat ramah,  adalah alasannya sehingga aku berani mengambil tawaran bekerja di rumah majikanku. Referensi yang sangat meyakinkan. Jika memang majikanku itu orangnya baik,  menjadikanku semakin yakin untuk menaruhkan nasib pada selembar kertas hijau itu. Kontrak dua tahunan yang akan menentukan cerita baru apa lagi yang akan terukir. Bismillah.

Ini adalah kontrak kedua selama aku bekerja di Hong Kong. Mengingat kontrak pertama, nasib yang menghampiriku sangat kurang beruntung. Sebenarnya pekerjaanya tidak begitu berat. Hanya merawat satu anak majikan saja.  Tapi, selama dua tahun itu aku sangat tertekan. Kondisi fisikku sangat memprihatinkan. Berat badanku turun drastis akibat lelah batin serta fisik. Bahkan aku sempat tidak menstruasi selama lima bulan berturut-turut karena kondisi di tempat kerjaku  semakin membuat hari-hariku stress berat. Tidak ada hari tanpa makian dari kedua majikanku. Dari subuh ketemu subuh. Sumpah serapah,  serta kata-kata kotor yang sangat menyakitkan menjadi menu tak terelakkan setiap harinya. Kerja apapun selalu dibilang salah dan tidak bersih. Bahkan mereka dengan sengaja memasang beberapa kamera di setiap sudut rumah dengan alasan untuk mengawasi kinerjaku merawat  anak semata wayangnya.


Ya Allah, aku sering menangis tanpa bisa mengeluarkan air mata ketika itu.  Itupun hanya berani kulakukan di kamar mandi saja. Karena mereka tidak pernah bekerja, dan  seharian terus berada di rumah utuk mengawasiku.  Pernah suatu ketika, badai angin topan tingkat delapan menerpa Hong Kong. Dibarengi hujan yang sangat lebat ketika itu. Majikan perempuanku menyuruhku untuk mencuci lantai teras dengan menyikat satu persatu garis pemisah keramiknya.  Kan sekarang lagi hujan, jadi kita bisa mengirit penggunaan airnya. Kilah majikanku. Aku kembali tak bisa menolaknya. Dengan derai air mata, aku melaksanakan perintah majikanku. Basah kuyup tubuhku oleh guyuran air hujan selama kurang lebih dua jam. Dingin tubuhku menggigil oleh hembusan angin topan yang tanpa sungkan, langsung menembus kulitku.

Ini adalah pengalaman pertamaku memulai bekerja di Hong Kong. Tetapi sudah seberat itu ujian yang diberikan padaku. Jangankan untuk sholat. Buku Yassin saja waktu itu disita dengan paksa dan dibuang di tempat sampah. Dan aku hanya bisa terdiam tanpa bisa melawan. Sudah semenjak awal aku dilarang untuk menggunakan HP. Begitu juga untuk sekedar berbincang dengan mbak-mbak yang lain, ketika kami sama-sama mengantar anak ke Sekolah. Aku diawasi dengan super ketat. Sekali lagi aku hanya diam. Termasuk ketika dalam dua tahun itu, aku sama sekali tak pernah mengerti hari libur. Tak pernah tahu apa yang terjadi di luaran sana. Serta kabar apa yang sedang memanas di gedung-gedung tinggi negaraku, Indonesia. Aku sama sekali buta berita. Tak tahu sama sekali tentang Hong Kong. Bahkan, kabar keberadaanku di Hong Kong pun, hanya beberapa kali kukirim ke kampung halaman. Pun setelah aku dapat pertolongan seorang wanita paruh baya, yang rumah majikannya tepat di samping kiri rumah majikanku.  Meskipun terasa sangat berat, alhamdulillah  aku menahan sesak itu sampai dua tahun. Ya Allah, sungguh ini sangat melelahkan.

Menembus kabut putih yang masih tebal.  Mengenakan empat potong pakaian serta sepotong jaket kulit yang dulu kubeli  dengan harga diskon besar-besaran di salah satu toko di  kawasan Jordan.   Aku melenggang. Tapi masih saja hawa dingin itu mampu menembus lapisan kulit tropisku. Bahkan ketika aku berbicara. Nampak keluar sembulan-sembulan asap dari dalam mulutku. Ah, sepertinya Hong Kong akan turun salju. Gumam hatiku ngawur ketika merasakan dingin memang sangat kejam menggilas pertahanan pori-pori kulitku.  

Causeway Bay sepagi ini masih nampak sepi. Jam delapan pagi aku sudah duduk di salah satu bangku cokelat tua yang warnanya sudah memudar.
Mendadak datang tergopoh seseorang dengan dandanan yang rame. Warna rambutnya merah menyala. Bajunya sangat stylist banget. Anak gaul kalau bahasa kerennya.
“Pagi mbak, libur?” Tanyaku mengakrabkan diri.
“Aku baru keluar dari majikan mbak. Nge-break.” Jawabnya dengan nafas tersenggal.
“Ha, kenapa mbak. Ada masalah?” Selidikku iseng penasaran.
“Majikanku cerewet mbak. Nggak dikasih makan. Tiap hari ditungguin terus. Nggak boleh pakai HP. Duh, apalagi lap top ku mbak. Ngangkrak! Nggak bisa chatingan, dong! hehe” Urainya cuek.

Nah lo, aku kaget dengan jawabannya yang semau gue itu. Emang ke Hong Kong mau ngapain  mbak? Mau chatingan? Telfonan? Atau mau dapat uang, tapi nggak usah pakai kerja? Hah, hatiku mendadak protes.

“Koran mbak.” Datang seseorang lagi duduk di bangku sebelahku, sambil menyodorkan Koran berbahasa Indonesia yang biasanya di peroleh secara gratis itu.

Aryati. BMI asal Blitar. Tergeletak koma selama seminggu karena disiksa majikan. Menjadi headline Minggu awal tahun yang menyesakkan. Dadaku berdesir membacanya, sementara seseorang yang duduk di sebelahku lagi sangat bertolak belakang nasibnya dengan Aryati. Hah, bukan maksud hati ingin dia seperti Aryati. Tetapi apakah dia tidak pernah berfikir seandainya nasibnya suatu saat nanti bisa menjadi Aryati, Aryati yang lainnnya? Bagaimana?

Aku lanjutkan membaca tuntas kasus Aryati. Selembar foto seorang wanita yang tengah terkulai di atas ranjang pesakitan itu semakin membuat siapa saja yang membacanya menjatuhkan iba. Lembar ke dua kulanjutkan. Pandangan mataku berhenti pada sebuah rubrik dengan tinta tebal berwarna hitam. Kolom Sastra. Sebuah kutipan dengan huruf miring berwarna biru memikat hatiku.

“Inti hidup itu adalah kombinasi niat ikhlas, kerja keras, doa dan tawakkal. Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalau tidak ada kepentingan, kan seharusnya kita tidak tegang dan kaget.” 
 Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalimat ini membiusku pelan. Ikhlas? Apakah  selama ini aku sudah ikhlas? Bahkan ketika jatah tidur malamku berkurang, aku selalu menggerutu?



Tulisan ini adalah curhatan dari seseorang teman. 
Dimuat di  Majalah  Iqro Hong Kong Rubrik Curhat edisi Februari 2012.
*Ani Ramdhan