Senin, 23 Juli 2012

Berkunjung ke Hong Kong Book Fair


13429751691978105012
Foto:  Ani Ramdhan 

Minggu 22 Juli 2012 ,  saya berkesempatan berkunjung ke Hong Kong Book Fair.  Pameran tahunan yang diselenggarakan oleh  Hong Kong Trade Development Council (HKTDC).  Event yang selalu ditunggu-tunggu oleh mereka pecinta buku. Biasanya, di Hong Kong sendiri acara ini digelar pada bulan Juli.  Dan untuk tahun ini, Hong Kong Book Fair dibuka semenjak tanggal 18-24 Juli 2012. Dengan mengusung sebuah tema, yakni “Reading the World, We Read Therefore We Know.”



Bertepatan hari ke dua bulan puasa di Hong Kong, cuaca yang sangat panas, agak sedikit berkurang karena datangnya anginTyphone tingkat 1. Tetapi bukan berarti, suasana pameran akan terasa sejuk dan adem karena AC yang terus menyala.  Ribuan pengunjung padat berjubel semenjak antrian di luar yang mengular dan terjaga  ketat oleh barisan-barisan Polisi. Diikuti oleh 530 stand pameran dari 20 negara, pameran ini menjadi sebuah daya tarik liburan musim panas bagi keluarga-keluarga di Hong Kong.  Karena pada bulan Juli ini, para pelajar di Hong Kong sudah memasuki liburan musim panas.  Dan akan kembali ke bangku Sekolah setelah liburan musim panas, yakni pada awal bulan September.
Bertempat di Hong Kong Convention and Exhition Centre 1 Harbour Road, Wanchai, pameran bisa dinikmati sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan.


FAIR DATE
OPENING HOURS
18-19 July 2012 (Wed-Thur)
10am-10pm
20-21 July 2012 (Fri-Sat)
10am-12 midnight
22-23 July 2012 (Sun-Mon)
10am-10pm
24 July 2012 (Tue)
9am-5pm


Sementara untuk pembelian tiket masuknya, terbagi menjadi dua waktu. Untuk pengunjung yang datang dibawah jam 12 siang, maka harga tiket dapat diperoleh dengan hanya membayar $10 per lembar. Berlaku sama antara orang dewasa dan anak-anak. Sementara bagi pengunjung yang datang di atas jam 12 siang, maka harga perlembar tiketnya berbandrol $25, berlaku untuk dewasa. Dan harga $10 perlembar tiketnya tetap diberlakukan  untuk anak-anak.  Tidak hanya itu, Hong Kong Book Fair sendiri, juga mendirikan counter pembelian tiket khusus bagi penyandang cacat yang diterbitkan oleh Biro perburuhan dan kesejahteraan dengan harga $10 per lembarnya.  Pelayanan kenyamanan konsumen yang menurut saya sangat melegakan.

1342974077992399039
Tiket
Satu hal yang terlihat sangat unik dan sepertinya ini memang diwajibkan bagi siapa saja yang berkunjung ke Book Fair.  Ialah tentengan tas-tas ransel yang besar serta troli-troli yang biasa digunakan untuk mengangkat barang berat ketika belanja. Bahkan, ada di antara mereka yang sengaja membawa Koper besar,  sama seperti ketika kita hendak bepergian ke luar kota.
1342975029756485207
Kemudahan fasilitas lainnya juga disedikan oleh pengelola acara Book Fair.  Bagi pengunjung yang membeli buku dalam jumlah banyak dan tidak membawa Troli, dan terasa berat untuk membawa pulang dalam jumlah yang sedemikian, maka dapat memanfaatkan fasilitas pengiriman barang yang counternya juga sudah tersedia di salah satu sudut jalan menuju exit. Dan juga tersediannya Kafetaria di dalam ruangan pameran, di mana pengunjung tidak perlu bersusah payah harus keluar masuk ruangan hanya untuk membeli air.
1342974350974982153
Sudut pameran.
1342977190216216433
Sudut pameran.
134297723063093099
Sudut pameran.
Berada di antara ribuan buku-buku. Berjubel di antara gerak cepat dan sikut-sikut bahu memang merupakan sensasi sendiri ketika kita berada di sebuah pameran buku.  Ketika saya berkeliling dari satu counter ke counter lain, ditemani seorang teman, Aulia, sempat berhenti di salah satu stand pameran buku dari India.  Ternyata tidak hanya Buku yang mereka pamerkan. Tetapi juga merupakan tampilan beberapa kebudayaan. Terdapat beberapa volunteer yang sedang melukis Inai atau biasa disebut Henna.  Dikenakan tarif  $30 per orang bagi mereka yang berkeinginan untuk mencoba lukisan tangan dengan corak cantik yang biasanya lebih sering saya  lihat pada acara pengantin mempelai wanita di film-film India. Dan juga, tiga orang yang sedang menyanyi dalam bahasa India, tetapi secara wajah mereka nampak bukan dari orang India asli. Tetapi wajah mereka adalah wajah orang barat. 


 Chant Hare Krishna and Be Happy. Hare Krishna. Hare Krishna. Diiringi  dengan Tabla, Daburka, nyanyian itu berlangsung dengan nada sama, dan terus berulang. Tergelitik dengan apa yang dinyanyikan, saya bertanya kepada salah seoarang wanita India yang berada di counter tersebut. Apa arti dari lagu yang dinyanyikan, kok nadanya tetap sama serta berulang? Dan dia dengan senang hati menjelaskan, jika Hare itu dalam bahasa India berarti Indah. Dan Krisna itu berarti Tuhan. Jadi arti dari keseluruhan, yang dapat saya fahami, adalah mereka menyanyikan pujian, bahwa Tuhan itu sebenarnya indah.  Maka berbahagialah.
13429745221881979510
Chant Hare Krishna and Be Happy.
1342974829584936389
Berminat melukis Henna? Hanya $30.
Berada dalam satu gedung yang sangat luas, antrian berjubel serta kebisingan saling tawar yang seperti lebah sudahlah pasti membuat sesiapa saja pengunjung berkeinginan untuk segera memilih buku, mengantri di kasir, kemudian pergi. Eiiits, tunggu dulu ya. Janganlah tergesa-gesa memilih dan membayar. Ada baiknya    kita menyengajakan melihat-lihat dulu secara harga dari satu counter ke counter lainnya. Membandingkannya untuk kemudian membelinya.  Karena saya sudah membuktikan. Buku Tuesday With Morrie yang saya temui di counter pertama berbandrol harga $78 per exlempar. Tetapi pada sudut berlawanan counter dengan jarak langkah yang lumayan jauh dapat saya temui karya-karya Mitch Albom berjejer dengan karya-karya best seller  lainnya dengan harga yang sangat berbeda. Yakni seharga $120 untuk 3 exlempar Buku. Nah,lo. Bukankah ini sesuatu banget. Hehe.
13429746061553549211
Karya-karya Mitch Albom.
1342974659750908957
Sudut pameran.
Dan satu lagi, kalau kita ingin mengirit budget. Ada baiknya kita berkeliling dengan lebih teliti lagi. Sebab, saya juga menemukan rezeki yang tidak terkira. Di salah satu sudut pameran yang berbeda, tumpukan buku-buku second hand dengan kualitas yang masih layak dari beberapa penulis dapat kita pilih dan pilih dengan harga yang bikin hati adem. Hanya dengan $30 per exlempar. Dan malahan cukup dengan harga $100 untuk 5 exlempar buku. Bukankah ini lebih sesuatu. Hehe.
13429747071744408671
Sudut pameran.
13429747461848277916
Betsellers 40% off. Found it.
Berkeliling menikmati pameran, ada sedikit pertanyaan dalam hati saya. Kok Buku-buku  dari Indonesia tidak ada di antara counter-counter itu ya? Entahlah, memang tidak ikut pameran, atau saya saja yang memang kurang teliti melihat seluruh pameran yang ada.
Selamat menikmati musim panas. Selamat liburan. Dan selamat menikmati pameran.



Ani
Newterritories. 11.45PM

Sabtu, 21 Juli 2012

Buruh Migrant Berserikat, Bersatu Membela Hak BMI




Foto:  Ani Ramdhan




Dompet Dhuafa Hong Kong bekerja sama dengan UNIMIG (Union Migrant Indonesia ) menggelar acara “BMI Bicara Masa Depan”, Minggu 6 Mei 2012 di Tin Hau Art Center – Tin Hau.

Dalam acara tersebut turut menghadirkan narasumber di antaranya, H.M. Martri Agoeng (Angota DPR RI Komisi 9), Muhammad Iqbal (Presiden UNIMIG), Sumiati dari Komunitas Migran Indonesia (KOMI), dan Sringatin dari Indonesian Migrant Worker Union (IMWU).  Selain itu, tampil pula Utami dari GOLPINDO (Gabungan Olah Raga Putri Indonesia), Endang (perwakilan Organisasi Muslim Buruh Migran Indonesia di Hong Kong dari POSMIH), Susie Utomo (Forum Lingkar Pena Hong Kong), Pewarta BMI HK, serta bertugas selaku moderatornya ialah Bustomi.

Setelah sambutan mengawali acara, yang di buka oleh General Manager Dompet Dhuafa Hong Kong (GM DDHK), Ustadz Ahmad Fauzi Qosim , kemudian berlanjut dengan sambutan dari beberapa narasumber.

Memasuki sesi tanya jawab, para audience  sangat bersemangat untuk tidak melewatkan kesempatan ini. Beberapa pertanyaan tentang KTKLN, hak libur, gaji underpay  serta perlindungan hak-hak selama pra pemberangkatan, masa kerja dan setelah pulang ke Indonesia mengalir deras. Hal ini membuktikan bahwa selama ini  masih banyak permasalahan pelik yang menjadi bagian dari BMI. Baik itu yang sudah tercover atau belum.

“Kami mengharap, jika nantinya DPR akan membuka komunikasi dua arah, di antara BMI langsung dengan Pemerintah. Di mana hal ini untuk menghindari manipulasi berita yang terjadi di lapangan.” Harapan Susie Utomo kepada H.M Martri Agoeng, selaku perumus RUU Perubahan terhadap UU 39/2004 tentang Perlindungan dan Penempatan TKI di Luar Negeri.

Dalam kesempatan yang sama, diresmikan pelantikan pengurus UNIMIG Indonesia-Hong Kong oleh Presiden UNIMIG.   Di mana, UNIMIG sendiri sudah mempunyai perwakilan di beberapa Negara. Malaysia, Singapura, Taiwan dan Arab Saudi. Terpilih sebagai ketuanya ialah Pujiatun (Anggota Advokasi LPAM DDHK).  Dengan berserikat, diharapkan wawasan BMI semakin luas, sehingga dapat meminimalisasi setiap permasalahan yang mungkin terjadi.


Dimuat Majalah Iqro Hong Kong Edisi Juni 2012. ***AR***

Jumat, 20 Juli 2012

Mau dimanapun Tempatnya, Ramadhan Tetap Ada di Hati Kita.



Foto: Karya  Sinna Hermanto


Funying Cai Kai. Selamat datang Puasa. Welcome Ramadhan.


Memasuki akhir  minggu ke-tiga  di bulan Juli ini adalah hari yang sangat istimewa. Bagi saya sendiri, ataupun mereka yang memang mempunyai perasaan yang sama seperti yang saya rasakan.  Hari yang  mengawali setiap perubahan pada setiap insan. Untuk lebih baik, untuk lebih bisa memanfaatkan sedetik waktu yang bergulir agar senantiasa menjadikannya sebagai tambahan ibadah.


Informasi dari minggu-minggu lalu yang saya dapatkan , ialah kebingungan yang penuh praduga. Perbedaan hari awal tentang puasa ramadhan memang tak hanya terjadi di tanah air saja. Menurut informasi yang tersebar, KJRI Hong Kong memutuskan untuk mengawali shalat taraweh pada 19 Juli, atau malam Jumat. Jadi puasa ramadhan akan dimulai pada hari Jumat. Tetapi informasi yang lain, yakni Islamic Union of Hong Kong, akan mengawali puasa ramadhan pada 21 Juli 2012, yakni hari Sabtu.

Memanfaatkan fasilitas komunikasi facebook, akhirnya saya memperoleh kepastian berikutnya tentang keputusan hari pertama kapan puasa ramadhan akan dimulai untuk negara Hong Kong.  Informasi terbaru dari Islamic Union of Hong Kong, hasil sidang Isbath atau ijma' ulama Hong kong pukul 20.00 (pada hari kamis) ,sesuai hisab dan ru'yatul hilal memutuskan awal ramadhan di Hong Kong jatuh sabtu, 21 Juli 2012.  Jadi, awal ramadhan ini sama dengan keputusan Pemerintah Indonesia yang menetapkan masuknya bulan Ramadhan 1433 Hijriah adalah pada hari Sabtu.


Ah, alhamdulillah lega rasanya mendengar kabar yang mencerahkan ini.

Oh ya, mau narsis sedikit di lapak ini ya. Hehe. Tahun ini adalah tahun ke-tujuh saya menjalankan ibadah puasa di Hong Kong. Perbedaan yang sangat mencolok tentunya, sangat terasa jika kita mengambil perbandingan kondisi dengan pelaksanaan puasa di tanah air. Tetapi, menurut saya sendiri, perbedaan kondisi tersebut bukanlah sebuah hal yang menjadi beban. Justeru sebaliknya, kita berlakukan saja kondisi ini sama layaknya ketika kita di tanah air. Bahwa sesungguhnya pelaksanaan ibadah puasa itu bukanlah tergantung dari tempat serta kondisi di mana kita tinggal. Tetapi semua itu ada di sini. Di hati kita. Di kepercayaan dan keimanan kita. Jadi kenapa harus dijadikan beban?


Dan sudah dapat dipastikan, jika pelaksanaan puasa tahun ini akan berlangsung seperti tahun-tahun yang lalu, ataupun seperti enam tahun yang lalu. Summer. Musim panas dengan terik matahari yang terasa menyayat lapisan-lapisan kulit serta dahaga adalah masih sama. Dan juga kondisi kerja yang mungkin juga akan tetap sama. Tak ada toleransi untuk kita yang sedang berpuasa. Setidaknya anggap saja  ini adalah ujian kita. Ujian di mana kita akan belajar untuk berlaku jujur terhadap diri sendiri. Sebenarnya tujuan kita berpuasa itu apa?


Marhabban Ya Ramadhan. Semoga setiap detik lelah yang kita perjuangkan jauh dari keluarga ini akan mendapatkan balasan dari-Nya. Terhitung sebagai ibadah, Insy Allah.


Mohon maaf lahir dan batin untuk semua khilaf-khilaf diri ini. Semoga ramadhan ini dapat melunakkan hati kita. Membawa hikmah dalam setiap langkah yang kita kayuhkan.  Wallahu’allam.



Ani Ramdhan
5.50 PM/ 20.07.2012

Kamis, 19 Juli 2012

Secarik Resah



foto: koleksi pribadi


Januari Minggu pertama. Awal tahun yang mengasyikan. Diibaratkan, kondisiku sekarang ini seperti mendapatkan  durian runtuh. Rejeki yang tidak pernah terkira. Cihuuuuy, ada dua hari berturut-turut untuk melepas kepenatan yang sudah nyembul di pelataran angan. Minggu pagi yang dingin.  Tidak ada alasan untukku bermalas-malasan di atas ranjang. Meskipun tadi malam baru dapat jatah tidur setelah larut tengah malam. Jam setengah tiga. Tubuhku baru mendapatkan hak untuk istirahat, setiap akhir pekannya.


Kebiasaan majikanku memang tidak pernah berubah. Atau mungkin dengan sengaja tidak mau merubahnya. Ah, entahlah. Selalu ada pesta setiap akhir pekan. Mengundang beberapa kawan, kerabat, juga  kolega bisnisnya yang datang dari Beijing.

“Di rumah kami ada banyak orang  loh, cece !” Kalimat itu keluar dari sing sang ketika kami melakukan interview sebelum tanda tangan kontrak kerja baru di Agentku.

“Hoak. Mou man dhai.” Seketika aku mengiyakan ketika majikan lelakiku memberi warning jika bekerja di rumahnya pasti akan terasa  berat.  Siapkah?

Bukannya tanpa alasan aku mengiyakan tawaran itu. Lou Sang. Bapak Agencyku yang sangat ramah,  adalah alasannya sehingga aku berani mengambil tawaran bekerja di rumah majikanku. Referensi yang sangat meyakinkan. Jika memang majikanku itu orangnya baik,  menjadikanku semakin yakin untuk menaruhkan nasib pada selembar kertas hijau itu. Kontrak dua tahunan yang akan menentukan cerita baru apa lagi yang akan terukir. Bismillah.

Ini adalah kontrak kedua selama aku bekerja di Hong Kong. Mengingat kontrak pertama, nasib yang menghampiriku sangat kurang beruntung. Sebenarnya pekerjaanya tidak begitu berat. Hanya merawat satu anak majikan saja.  Tapi, selama dua tahun itu aku sangat tertekan. Kondisi fisikku sangat memprihatinkan. Berat badanku turun drastis akibat lelah batin serta fisik. Bahkan aku sempat tidak menstruasi selama lima bulan berturut-turut karena kondisi di tempat kerjaku  semakin membuat hari-hariku stress berat. Tidak ada hari tanpa makian dari kedua majikanku. Dari subuh ketemu subuh. Sumpah serapah,  serta kata-kata kotor yang sangat menyakitkan menjadi menu tak terelakkan setiap harinya. Kerja apapun selalu dibilang salah dan tidak bersih. Bahkan mereka dengan sengaja memasang beberapa kamera di setiap sudut rumah dengan alasan untuk mengawasi kinerjaku merawat  anak semata wayangnya.


Ya Allah, aku sering menangis tanpa bisa mengeluarkan air mata ketika itu.  Itupun hanya berani kulakukan di kamar mandi saja. Karena mereka tidak pernah bekerja, dan  seharian terus berada di rumah utuk mengawasiku.  Pernah suatu ketika, badai angin topan tingkat delapan menerpa Hong Kong. Dibarengi hujan yang sangat lebat ketika itu. Majikan perempuanku menyuruhku untuk mencuci lantai teras dengan menyikat satu persatu garis pemisah keramiknya.  Kan sekarang lagi hujan, jadi kita bisa mengirit penggunaan airnya. Kilah majikanku. Aku kembali tak bisa menolaknya. Dengan derai air mata, aku melaksanakan perintah majikanku. Basah kuyup tubuhku oleh guyuran air hujan selama kurang lebih dua jam. Dingin tubuhku menggigil oleh hembusan angin topan yang tanpa sungkan, langsung menembus kulitku.

Ini adalah pengalaman pertamaku memulai bekerja di Hong Kong. Tetapi sudah seberat itu ujian yang diberikan padaku. Jangankan untuk sholat. Buku Yassin saja waktu itu disita dengan paksa dan dibuang di tempat sampah. Dan aku hanya bisa terdiam tanpa bisa melawan. Sudah semenjak awal aku dilarang untuk menggunakan HP. Begitu juga untuk sekedar berbincang dengan mbak-mbak yang lain, ketika kami sama-sama mengantar anak ke Sekolah. Aku diawasi dengan super ketat. Sekali lagi aku hanya diam. Termasuk ketika dalam dua tahun itu, aku sama sekali tak pernah mengerti hari libur. Tak pernah tahu apa yang terjadi di luaran sana. Serta kabar apa yang sedang memanas di gedung-gedung tinggi negaraku, Indonesia. Aku sama sekali buta berita. Tak tahu sama sekali tentang Hong Kong. Bahkan, kabar keberadaanku di Hong Kong pun, hanya beberapa kali kukirim ke kampung halaman. Pun setelah aku dapat pertolongan seorang wanita paruh baya, yang rumah majikannya tepat di samping kiri rumah majikanku.  Meskipun terasa sangat berat, alhamdulillah  aku menahan sesak itu sampai dua tahun. Ya Allah, sungguh ini sangat melelahkan.

Menembus kabut putih yang masih tebal.  Mengenakan empat potong pakaian serta sepotong jaket kulit yang dulu kubeli  dengan harga diskon besar-besaran di salah satu toko di  kawasan Jordan.   Aku melenggang. Tapi masih saja hawa dingin itu mampu menembus lapisan kulit tropisku. Bahkan ketika aku berbicara. Nampak keluar sembulan-sembulan asap dari dalam mulutku. Ah, sepertinya Hong Kong akan turun salju. Gumam hatiku ngawur ketika merasakan dingin memang sangat kejam menggilas pertahanan pori-pori kulitku.  

Causeway Bay sepagi ini masih nampak sepi. Jam delapan pagi aku sudah duduk di salah satu bangku cokelat tua yang warnanya sudah memudar.
Mendadak datang tergopoh seseorang dengan dandanan yang rame. Warna rambutnya merah menyala. Bajunya sangat stylist banget. Anak gaul kalau bahasa kerennya.
“Pagi mbak, libur?” Tanyaku mengakrabkan diri.
“Aku baru keluar dari majikan mbak. Nge-break.” Jawabnya dengan nafas tersenggal.
“Ha, kenapa mbak. Ada masalah?” Selidikku iseng penasaran.
“Majikanku cerewet mbak. Nggak dikasih makan. Tiap hari ditungguin terus. Nggak boleh pakai HP. Duh, apalagi lap top ku mbak. Ngangkrak! Nggak bisa chatingan, dong! hehe” Urainya cuek.

Nah lo, aku kaget dengan jawabannya yang semau gue itu. Emang ke Hong Kong mau ngapain  mbak? Mau chatingan? Telfonan? Atau mau dapat uang, tapi nggak usah pakai kerja? Hah, hatiku mendadak protes.

“Koran mbak.” Datang seseorang lagi duduk di bangku sebelahku, sambil menyodorkan Koran berbahasa Indonesia yang biasanya di peroleh secara gratis itu.

Aryati. BMI asal Blitar. Tergeletak koma selama seminggu karena disiksa majikan. Menjadi headline Minggu awal tahun yang menyesakkan. Dadaku berdesir membacanya, sementara seseorang yang duduk di sebelahku lagi sangat bertolak belakang nasibnya dengan Aryati. Hah, bukan maksud hati ingin dia seperti Aryati. Tetapi apakah dia tidak pernah berfikir seandainya nasibnya suatu saat nanti bisa menjadi Aryati, Aryati yang lainnnya? Bagaimana?

Aku lanjutkan membaca tuntas kasus Aryati. Selembar foto seorang wanita yang tengah terkulai di atas ranjang pesakitan itu semakin membuat siapa saja yang membacanya menjatuhkan iba. Lembar ke dua kulanjutkan. Pandangan mataku berhenti pada sebuah rubrik dengan tinta tebal berwarna hitam. Kolom Sastra. Sebuah kutipan dengan huruf miring berwarna biru memikat hatiku.

“Inti hidup itu adalah kombinasi niat ikhlas, kerja keras, doa dan tawakkal. Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalau tidak ada kepentingan, kan seharusnya kita tidak tegang dan kaget.” 
 Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalimat ini membiusku pelan. Ikhlas? Apakah  selama ini aku sudah ikhlas? Bahkan ketika jatah tidur malamku berkurang, aku selalu menggerutu?



Tulisan ini adalah curhatan dari seseorang teman. 
Dimuat di  Majalah  Iqro Hong Kong Rubrik Curhat edisi Februari 2012.
*Ani Ramdhan

Selasa, 03 April 2012

Ba'da Magrib



Aku berlari dengan senyum buncis yang sumringah. Ya, sebentar lagi.  Kakiku berjalan semakin cepat. Pintu itu sudah dekat. Pintu kayu berwarna cokelat tua, yang masih sama ketika dulu  kutinggalkan. Kuletakkan dua koper  yang kubawa di depan almari kaca besar. Tempat istimewa ketika aku masih belia. 


Poster kecil yang masih sama, kudapati tetap melekat di pojok kiri atas kaca dengan ukuran dua kali lipat tinggi badanku.  Bergambar sosok lelaki dengan alis tebal dan mata yang membulat.  Artis dari Punjab yang ketampanannya selalu membius  siapa saja yang hendak bercermin di depan kaca, sepertiku. Kemudian aku bertanya kepadanya. Hai, kaca. Siapa yang paling cantik di dunia ini? Eh, di depan kaca ini? Hihi, aku selalu tertawa ngikik di pagi hari sebelum berangkat ke sekolah. Setidaknya hal ini sempat membuat Ibuku cemburu.


“Ealah ndhuk, tibakne kamu sudah pulang toh!”
“kok gak nyalami aku?”
“Piye kie?”

Seorang wanita tua mengenakan jarik lurik menyapaku. Rambutnya  rata dirayapi uban. Melambai ke arahku.  Tangannya berayun seperti daun yang tertiup angin. Mengisyaratkan seruan  atau mempersilahkan kehadiran. Entahlah, aku tak begitu paham.

Yang aku ingat, kemudian aku semakin mempercepat gerak langkahku. Bukan lagi memburu pintu-pintu itu. Bukan.  Aku ingin segera mendekat dengannya. Wajahnya. Senyumnya, memang tak lagi sama. Ah, tapi itu bukan masalah lagi buatku. Apalagi kebiasaannya yang selalu meludah di depan pintu. Aku sama sekali tak lagi mempermasalahkannya. Ya, setidaknya aku sudah sampai pada usia ini. Kurasa memang tak pantas lagi  untuk aku selalu berseberangan dengannya.

“Mbah, sebentar lagi ya?”  

Setengah berteriak aku menatap ke arahnya. Kurang beberapa langkah lagi. Ya, aku meyakinkan hati.  Aku ingin segera sampai di dekatnya. Memegang wajahnya, kemudian menciumnya.  Sama seperti ketika kecil dulu pernah kulakukan. Meski kini lipatan-lipatan kulit yang berkerut pada dahinya,  sudah tak bisa lagi menutupi masa senjanya.

Ah, hah! Apa-apan ini?  Mendadak  kakiku tak bisa digerakkan. Seakan seseorang sengaja mengeratkan seutas tambang  pada pergelangan kakiku.  Aku sama sekali tak bisa berpindah tempat. Semakin kucoba memberontak, Terasa tambang itu semakin keras dieratkan. Hah! Aku semakin heran.


“Belum waktunya, ndhuk…!”

Dengan senyum yang memucat, tangannya melambai. Meninggalkanku sendiri yang masih berusaha lepas dari tambang-tambang yang mengikat kakiku.  Bantalku terjatuh, ketika  waktu bersamaan terdengar  sayup-sayup  seruan azan dari hape yang selalu otomatis aku pasang  alarm set sholat lima waktu. Isya’ time now, don’t be lazy!   Tertulis  jelas pada layar hapeku. Klik.Ku matikan alarm!



*Niatnya mau bikin status di facebook, kok malah kepanjangan gene* ^___^

Selasa, 20 Maret 2012

Summer Sebelum Subuh

Gambar ini saya ambil menjelang subuh.
 Dari appartmen lantai 66 di daerah Tsuen -Wan New Territories Hong Kong


Senin, 19 Maret 2012

Hong Kong and Night


Hong Kong Convention and Exhibition Centre and high-rise buildings in Wan Chai District at night time



Foto ini saya ambil dari atas Ferry

Wedding Story





Totalitas.
Saya sangat terkesan dengan fotografer ini. Mengingat, orang Hong Kong sangatlah anti dengan yang namanya duduk-duduk di lantai ataupun lapangan terbuka, apalagi sampai rela rebah-rebahan kayak gene. Gambar ini saya ambil di sebuah jalanan umum di Kowloon Park, Tsim Tsa Tsui.
 — at Kowloon Park.



















Minggu, 15 Januari 2012

Menjemput Subuh

Menjemput subuh. 
Bukan sebatas olah tubuh. 
Lungguh dan rukuh. 
Grasah-grusuh kemudian wabarakatuh.
Menjemput subuh. 
Adalah bukti dawuh para diri-diri rapuh.
Sepenuh sungguh. 
Seampuh patuh.







Ani Ramadhanie
Ba'da subuh. 16 Januari 2012
Newterritories







Sabtu, 14 Januari 2012

Sabtu

Adalah sabtu yang diawali dengan nawaitu
Semoga bukan melulu gerutu yang menyisir waktu
Begitu juga dengan galau yang lebih mirip seperti hantu
Adalah sabtu
Semoga pangestu tidak lagi menjadi piatu





Selamat hari sabtu....
Ani Ramadhanie
Dingin. Newterritories. 14 Januari 2012

Rabu, 04 Januari 2012

Waktu


Berjalannya waktu semoga tidak menjadi kaku.
Ini antara kita, aku, dan kamu.
Tentang waktu, dan semangat itu.
Mencinta tidak melulu harus menyatu.




Ani Ramadhanie
Hening. Newterritories. 4 Januari 2012

Selasa, 03 Januari 2012

Di Hati Atau Genggaman, Mana Pilihanmu?



ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc


Chou san Selamat Pagi!!!
Chou san!!!

Lei hou? Apa kabar?
Hou!!! Baik!!!


Sapaan itu menghentak serempak di antara sekitar 400 peserta  training yang hadir memenuhi Youth Square Building di  Chai Wan. Minggu, 1 Januari 2012. Tahun baru yang menyapa tepat di hari minggu, mendatangkan rezeki tersendiri bagi kami (red-Buruh Migran Indonesia) di Hong Kong).

Hak libur  yang telah ditata rapi oleh Hong Kong membuat kami bisa mendapatkan  kesempatan yang sangat luar biasa meskipun dalam kesempitan waktu yang ada.   Yaitu hak libur di setiap minggunya beserta  12 hak libur nasional  setiap tahunnya.

Adalah hal yang wajar ketika waktu liburan datang, hiburan menjadi uberan kawan-kawan BMI di Hong Kong. Hal itu tidak terlepas dari kelelahan fisik serta mental setelah sepekan termakan rutinitas yang begitu melelahkan.


Tahun baru!
Yaps. Apalagi untuk yang ini. Bahkan semenjak jauh-jauh hari sudah dirancang berbagai kegiatan untuk melewatkan moment pergantian tahun ini.  Berbagai tawaran datang. Tahun baruhan yang identik dengan pesta dan perayaan yang wah, juga sudah terlihat  nyembul di angan-angan. Paling tidak, bagi saya ini adalah moment yang pas untuk berkumpul dengan kawan lama yang sudah sangat jarang bersua. Karena selama ini, saya selalu sibuk diberbagai kegiatan Minggu ataupun bergabung bersama kawan-kawan organisasi yang ada di Hong Kong. Mengisi liburan dengan berbagai kegiatan. Belajar banyak hal dari berbagai ragam guru kehidupan.

“Tolong bantu kawan-kawan di LSO (Lentera Sukses Organisasi) di acara tanggal 1-2 Januari.”

Yaps. Saya langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang. Karena jauh-jauh hari saya sudah tahu jika kawan-kawan di LSO akan mengadakan event besar di awal tahun.  Dengan berat hati saya lalu menghubungi kawan-kawan yang lain yang sudah membuat janji barbecue di kawasan Tai Mei Tuk, Taipo.  Maaf, belum bisa menepati janji untuk ngeluyur bareng. InsyaAllah semoga nanti saya masih ada waktu yang tepat, kawan.


Mendadak saya merinding sendirian.  Ingatan saya mengembara dengan cepat  ketika 9 Januari 2011 yang lalu, alhamdulillah  saya berkesempatan  menghadiri training ESQ yang sama. ‘Bentuk Karakter Bangun Pribadi Emas’ adalah tema yang diangkat dalam kesempatan itu. Dance Cafe Building—Fotress Hill satu tahun yang lalu saya  mulai mengenal ESQ.
ESQ 9 Januari 2011/ani.doc


ESQ 9 Januari 2011/ani.doc





Mungkin memang sangat telat bagi saya untuk  tahu tentang ESQ. Keterbatasan waktu serta jarak yang jauh membuat saya  tidak begitu aktif up date berita di tanah air semenjak kurang lebih 6 tahun ini.

Saya masih ingat pula, ketika tangis saya pecah dengan dasyatnya. Seumur-umur saya menangis dengan durasi waktu yang lama dan melelahkan dalam hidup saya baru terjadi dua kali.

Pertama adalah ketika saya lulusan SD. Adalah keisengan dari paman saya. Setelah mengambil ijazah kelulusan oleh wali murid,  saya diberitahu kalau nilai ujian saya tidak memadai untuk memasuki salah satu Sekolah Negeri  favorit di tempat saya. Seketika itu saya tersungkur. Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal dalam setiap nilai Raport terakhir ujian saya, paling tidak saya tidak lari dari peringkat 10 besar. Bahkan saya bisa bertahan diperingkat 3 besar ketika itu.

 Dari pagi sampai sore saya menangis di kamar. Tidak mau makan dan tidak mau apapun. Dibujuk apapun juga tidak mempan. Setelah magrib usai, baru saya dipanggil keluar dengan paksa oleh nenek saya. Tawa mereka pecah seketika menatap wajah saya yang sudah kuyu seperti sayur yang direbus.  Hahaha, katanya saya berhasil dikerjai. Makannya belajar yang rajin ya, nduk! Hohoho, akhirnya.

 Setelahnya  saya  baru tahu sendiri nilai asli dari ujian itu.   Dan ternyata....Alhamdulillah perasaan lega menyelimuti  hati saya. Hmmm, tahu dikerjai begini. Menyesal dech nangis dari subuh sampai malam. 

Dan tangis  hebat kedua dalam hidup saya terjadi ketika saya mengikuti training ESQ yang pertama, awal Januari 2011. Perasaan berekecamuk memenuhi rongga dada saya.  Sesak. Saya menangis dengan dasyat ketika itu. Badan saya terasa lemas. Tenaga terkuras habis seharian. Bukan karena kerja yang melelahkan, tetapi karena emosi yang terluapkan.

Setelahnya saya cepat menelfon Ibu saya yang berada di kampung. Saya meminta maaf kepada Ibu saya. Dan tanpa dinyana, tangis Ibu saya juga pecah setelah mendengar kata maaf dari saya. Ya, tangis kami pecah. Beradu  di antara ujung ketemu ujung telfon yang bermuara kerinduan.  Sangat mengesankan, karena selama ini saya belum pernah mendengar atau melihat langsung Ibu saya menangis.

 Saya yakin, bahwa tidak ada orang tua yang tidak akan terketuk pintu hatinya ketika anaknya meminta maaf. Meletakkan emosi  pada tempat yang paling dasar. Dan segala ketinggian hati yang selama ini kadang lebih  banyak menguasai, memenuhi rongga-rongga yang kosong di sisa persendian. Bu, maafkan untuk salah anakmu yang  selama ini bandelnya minta ampun.
Hehee, jadi curhat.

Kembali ke laptop. Eh, ke ESQ diiiiing.....

Saya menjadi lebih siap untuk menghadiri training ESQ kali ini. Luar biasa! Itulah yang bergumam di hati saya. Apresiasi yang luar biasa atas semangat kawan-kawan yang telah merelakan waktunya untuk ilmu dan kesempatan yang luar biasa ini. Terhitung jarang-jarang ada acara seperti ini di Hong Kong dibanding dengan gelaran hiburan yang lebih merajai di luar sana. (red-kawasan kampung  jawa dan sekitarnya).


Presentasi langsung dari pendiri dan pimpinan ESQ Dr. H.C Ary Ginanjar Agustian, membuat musim dingin ini tidak begitu terasa dingin lagi. Berbagai macam materi membombardir semangat kawan-kawan BMI. Penyampaian materi yang sangat padat terasa lebih cepat sekali tak terasa. Waktu pagi berubah siang. Siang berburu petang. Semua berjalan begitu cepat.  Nilai-nilai keberanian, kedisiplinan, keteguhan,  kejujuran, ketangguhan, serta keinginan menjadi kunci utama untuk perubahan  karakter diri yang lebih baik lagi. Hingga datang penyampaian materi Asma’ul Husna. Tangis kami pecah. Ya Allah, saya tak kuat menahan derai air mata serta rasa sesak yang ingin meledak dalam dada.


Di tengah himpitan bermacam cobaan. Gunungan masalah. Terkait guncangan masalah perekonomian. Latar belakang dengan keluarga dan keharmonisan.  Masalah pergaulan dan salah pilih teman. Perjuangan keras  mengubah nasib demi masa depan yang bahagia, seperti cita-cita awal  yang kami impikan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Hong Kong-----yang kesemuanya  mengawali carut marutnya ketidak tahuan apa yang menjadi tujuan hidup kami.

Gedung itu terasa terhimpit oleh suara jerit tangis wajah-wajah yang kering kerohaniaannya. Selama ini, di Hong Kong adalah sangat sulit untuk tetap bisa memegang  identitas keislaman kami. Mengingat kami hidup di wilayah yang minoritas Islam, tidak dapat dielakkan jika terjadi larangan-larangan untuk beribadah sesuai dengan kepercayaan kami.


Luapan semangat, kebahagiaan serta keharuan menyelimuti kawan-kawan yang menghadiri acara ini.  Beragam ekspresi terlihat muncul di raut wajah mereka. Bahwa untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam menyikapi hidup ini  seakan tersirat dalam aura-aura baru mereka.  Semoga hidayah menyertai kami Ya Rahim. Amin.


Dengan menempatlan diri  sama seperti kawan-kawan saya, harapan besar muncul untuk kawan BMI lainnya. Semoga kerja keras kita selama ini dalam bekerja siang dan malam tidak hanya mengejar kebahagiaan materi saja.  Hong Kong adalah bukan tujuan terakhir kita. Jangan jadikan diri kita terlalu lama menjadi korban shock culture dengan kemanjaan materi dan kemewahan yang sekarang dapat dengan bebas kita genggam erat di genggaman.  

Jangan jadikan diri kita diperdaya oleh mereka para pemilik modal yang besar, sehingga menjadikan diri kita lemah; takut oleh kedzaliman. Berhematlah kawan. Jangan membiasakan diri menjadi sosok yang konsumtif akut. Ingatlah tujuan awal kita berani menginjakkan kaki di Hong Kong ini. Akan berapa lama  kita di Hong Kong ini? Bukankah tidak ada jaminan akan selamanya kita bisa berada di Hong Kong ini? Sementara untuk kita, khususnya saya menasihati diri saya sendiri jika kita juga tidak tahu dan tidak ada jaminan sampai kapan usia kita akan tetap di titipkan  oleh Allah pada raga ini?


”Letakkan suami, uang, anak, harta, kemewahan, harga diri itu hanya  pada genggaman tangan kananmu. Tetapi letakkan Allah yang ada di hatimu.”

“Bukankah sudah banyak kejadian di muka bumi ini sebagai contohnya? Suami akan pergi. Anak akan pergi. Harta akan hilang. Harga diri dapat di rusak. Lalu kenapa engkau masih bersandar pada mereka? Bukankah engkau pernah kecewa akibat terlalu berharap pada mereka. Lalu  di mana engkau letakkan Allah selama ini?” Mengutip training pada hari Minggu-Senin kemaren.


Ya Rabb semoga Engkau membuka pintu hidayah pada kami. Memberi kami kesempatan untuk menata dan membawa hati ini ke jalan-Mu. Bahwa Engkau mengetahui apapun yang kami lakukan, meski Ibu, bapak,  beserta kawan  kami tidak mengetahuinya. Dan kelak Engkau akan meminta pertanggung jawaban dari itu semua.  Astagfirullah...
ESQ 1-2 Januari  2012/ani.doc


Ekpresi kegembiraan. ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc





Ani Ramadhanie
New Territories
Hening.4 Januari 2011
Catatan ini saya buat bukan untuk menggurui siapapun. Sekedar ruang saya berbagi tentang sekelumit hati sebagai pengingat diri. Wallahu’alam....