![]() |
gambar:galleryprojecthk.com |
Sudah saya yakinkan semenjak awal. Perasaan saya tidak akan pernah berubah kepadamu. Semenjak saya berani mengenalmu. Mengenal namamu. Nama panggilanmu. Di mana rumahmu. Mencatat nomor hapemu.
Memang saya yang berani menyapamu terlebih dahulu. Ya, memang saya yang memulainya. Menambahkan kamu sebagai teman saya di facebook. Mengirimkan inboxucapan terimakasih untuk pertemanan ini. Dan seharusnya itu tidak perlu saya lakukan. Tapi saya memang sengaja melakukannya padamu.
Saya lebih aktif menyapamu. Menyukai statusmu. Membalas komentarmu. Mencuri perhatianmu. Mengirimkan foto-foto pribadi saya ke inbox akunmu. Dan pelan-pelan kamu termakan umpan. Di hari kemudian, kamu yang justeru lebih aktif menyapa.
Saya utarakan perasaan saya kepadamu. Saya sangat senang membaca setiap goresan kata-katamu, di novel keduamu. Saya mengingatkan kamu untuk kembali ke masa itu. Ketika saya ikut antri bersama ratusan barisan gadis-gadis ABG untuk mendapatkan tanda tanganmu. Terik matahari nggak jadi masalah buat saya. Karena saya memang akan melakukan apa saja untuk dapat tanda tanganmu. Kemudian kamu akan menulis nama saya di lembar pertama halaman novel keduamu. Disertai tanda tangamu.
Berlanjut pada minggu ke empat perkenalan saya dan kamu. Jam satu dini hari saya menerima inbox darimu. Saya kemudian membalasnya. Kamu bahagia. Kamu utarakan perasaanmu. Dan saya juga bahagia. Saya utarakan perasaan saya.Saya nggak pernah janji apapun kepadamu. Tentang apapun. Ya, saya memang nggak pernah muluk-muluk kepadamu.
Hari terus berganti. Kembali malam berburu pagi. Kemudian hitungan bulan menggenapi. Saya semakin dekat denganmu. Begitu juga kamu. Saya mulai banyak tahu tentangmu. Begitu juga kamu semakin banyak tahu tentang saya. Saya mulai berani curhat padamu. Begitu juga kamu. Bahkan saya rasa, kamu lebih aktif untuk mengutarakan perasaanmu. Dan saya hanya menjadi pendengar terbaik untukmu.
Hari kemudian, untuk pertama kalinya saya berani memencet nomor itu. Naik turun mencari namamu. Seakan jari-jemari saya berhenti bergetar untuk mencari namamu. Sudah beberapa lama, nyatanya nggak ketemu juga. Sengaja saya merubah namamu menjadi nama seorang wanita. Dan saya rasa kamu tidak perlu tahu apa alasannya.
Saya mulai dengan salam. Kemudian kamu menjawab salam. Saya hanya bisa berdehem saja. Menyengajakan tenggorokan menjadi kerontang. Dan kamu juga kebingungan. Saya canggung. Dan kamu sungkan. Sesaat kemudian sebelum saya menutup sambungan telfon, terdengar suaramu dengan jelas. Kamu menyebut nama saya. Kamu utarakan perasaan yang kamu pendam. Saya bahagia mendengarnya.
Kemudian mendadak hape saya kehabisan pulsa. Kamu mengirim inbox lagi ke facebook saya. Melanjutkan perbincangan yang terputus jaringan. Kamu bilang kamu bahagia karena saya perhatian. Dan saya juga bahagia mendengarkan.
Saya memang perhatian. Saya memang romantis. Dan saya hanya ingin bahagia. Dan ini adalah cara saya untuk mendapatkan kebahagiaan. Saya kesepian. Dan ternyata kamu juga kesepian. Saya hanya ngefans kepadamu. Tapi saya nggak tahu bagaimana hatimu? Perasaan saya nggak akan pernah berubah kepadamu. Untuk malam yang telah lalu. Malam ini. Dan malam-malam berikutnya. Bahwa saya ngefans kepadamu. Tidak untuk wanita yang tidur di sebelahmu.
Ani Ramadhanie
Hening-9 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar