![]() |
Foto Pribadi
Catatan lama yang terselip di file tak karuan ini baru sempat saya publish :)
|
Jumat
subuh minggu lalu kurasakan sangat berbeda. Kebiasaan mencarai HP setelah
bangun tidur, kemudian mantengin beberapa status di beranda Facebook sebelum subuh merupakan salah satu caraku agar ngantuk
dan malas segera menghilang. Perasaan kaget serta tidak percaya itu datang
seperti mimpi. Seorang teman Wartawan yang bekerja di salah satu Media besar di
Jakarta membuat status sekitar dua jam yang lalu; innalillahi wainna illaihi rojiún, Uje…
Aku yang
masih belum begitu sadar dari rasa kantuk, segera terperanjat. Apakah aku yang
bermimpi. Atau temanku ini yang salah bikin status. Segera ku cari-cari tiket
pengajian Ustad Jefry Al-Buchori yang rencanannya akan aku hadiri pada minggu
ini. Ha, benarkah? Bukankah beliau ini masih muda? Bukankah beliau minggu ini
akan mengisi tausyiah di Hong Kong? Detak jantungku semakin berlari tanpa bisa
aku kendalikan. Jemariku bergetar di atas layar HP ketika mencari kebenaran berita itu. Innalillahi wainna illaihi rojiún,
ternyata tidak ada yang salah. Dia telah
pergi. Kecelakaan itu telah Allah takdirkan sebagai alasan kepergiannya. Pagi
itu menjadi subuh yang sangat berbeda buatku. Larut dalam sujud serta linangan
air mata. Di atas sajadah itu aku merasa
sangat takut. Ya Allah, semua akan kembali padamu. Tak ada kepastian tentang
apa yang akan terjadi di hari esok dan kemudian hari.
Jumat
itu menjadi Jumat berkabung. Rasa kehilangan menyusup pada setiap relung hati.
Tidak hanya keluarga saja yang merasa telah di tinggal pergi. Seluruh portal
pemberitaan on line menjadikan kepergian Ustadz yang dikenal gaul itu menjadi headline. Pembahasan penyebab kecelakaan
hingga latar belakang kehidupan personal dari Uje seakan menjadi magnet
tersendiri. Air mataku menetes, dadaku terasa sesak sekali. Foto-foto yang
tersebar di internet itu seakan menyuruhku untuk segera bercermin. Menjadi
pengingat tentang siapa aku. Dan apa yang akan menjadi tujuanku dalam hidup ini?
Ya Allah, ribuan orang menangisi kepergian beliau. Ribuan orang menshalatkan
beliau. Ribuan orang membacakan doa Al-fatihah pada beliau. Menggemakan
nama-nama Besar Allah, memintakan ampunan atas segala dosa dan khilaf beliau. Bagaimana
dengan kematianku nanti? Bagaimana jika aku nanti meninggal di sini, di saat
aku masih jauh dari keluargaku? Bagaimana Ya Allah? Banyak pertanyaan yang berkecamuk di benakku.
Banyak pertanyaan yang akhirnya hanya terjawab di atas sajadahku. Di shalat dan
doaku. Di sebuah kepasrahan, aku hanya bisa meminta dan menangis. Terlalu
banyak alasan, sehingga lalai lebih
sering menjadikan diriku menjauh pelan dari-Nya selama ini.
Tentang
kematian, dia memang adalah sebuah kepastian. Sesuatu yang akan datang dengan
paksa, tak mengenal usia. Tanpa harus bertanya dahulu sudahkah kita siyap
terhadap kedatangannya? Banyak orang yang berpendapat dapat memutar kembali
waktu karena penyesalan, sampai hanya itu yang tinggal di benak mereka. Sampai
penyesalan menggerogoti jiwa mereka. Sampai lama-kelamaan, mereka mati
bersamannya. Penyesalan, sama seperti hidup. Sama seperti kenangan. Adalah hal
yang sangat mengerikan. Mendadak aku teringat perbincangan seseorang di waktu
yang belum lama ini; Ah, sudahlah nanti
saja tobatnya. Kalau kita sudah pulang ke Indonesia. Kalau umur kita sudah tua.
Mumpung sekarang kita bisa, jadi ya harus di buat senang-senang sepuasnya,
kenapa kok di sia-siakan! Astagfirullah hal’adzim.
Ya
Allah, aku memang tidak mengenal secara dekat siapa Ustad Jefry, tetapi jujur saja, aku mendapatkan hikmah yang
luar biasa dari kepergian beliau. Aku menyadari masih terlalu banyak
kekuaranganku di masa lalu. Masih terlalu sedikitnya amal ibadahku yang kelak
akan aku jadikan ia sebagai pertolonganku. Cukuplah kematian sebagai pelembut
hati, pengucur air mata, pemisah dengan keluarga dan sahabat, serta pemutus angan-angan. Allahumma Ya Allah, hamba mohon hidup selalu
dalam hidayah-Mu, dalam ketaqwaan, dalam kemampuan. Allahumma Ya Allah, jadikanlah
kami hamba-hamba yang Kau ikhlaskan, berilah rizki teragung dengan sifat ikhlas
di hati, pikiran, dan amal hamba. Sucikan diri hamba dari sombong, riya, ujub,
dan semua penyakit hati. Amin. ***Ani Ramdhan***