Selasa, 03 Januari 2012

Di Hati Atau Genggaman, Mana Pilihanmu?



ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc


Chou san Selamat Pagi!!!
Chou san!!!

Lei hou? Apa kabar?
Hou!!! Baik!!!


Sapaan itu menghentak serempak di antara sekitar 400 peserta  training yang hadir memenuhi Youth Square Building di  Chai Wan. Minggu, 1 Januari 2012. Tahun baru yang menyapa tepat di hari minggu, mendatangkan rezeki tersendiri bagi kami (red-Buruh Migran Indonesia) di Hong Kong).

Hak libur  yang telah ditata rapi oleh Hong Kong membuat kami bisa mendapatkan  kesempatan yang sangat luar biasa meskipun dalam kesempitan waktu yang ada.   Yaitu hak libur di setiap minggunya beserta  12 hak libur nasional  setiap tahunnya.

Adalah hal yang wajar ketika waktu liburan datang, hiburan menjadi uberan kawan-kawan BMI di Hong Kong. Hal itu tidak terlepas dari kelelahan fisik serta mental setelah sepekan termakan rutinitas yang begitu melelahkan.


Tahun baru!
Yaps. Apalagi untuk yang ini. Bahkan semenjak jauh-jauh hari sudah dirancang berbagai kegiatan untuk melewatkan moment pergantian tahun ini.  Berbagai tawaran datang. Tahun baruhan yang identik dengan pesta dan perayaan yang wah, juga sudah terlihat  nyembul di angan-angan. Paling tidak, bagi saya ini adalah moment yang pas untuk berkumpul dengan kawan lama yang sudah sangat jarang bersua. Karena selama ini, saya selalu sibuk diberbagai kegiatan Minggu ataupun bergabung bersama kawan-kawan organisasi yang ada di Hong Kong. Mengisi liburan dengan berbagai kegiatan. Belajar banyak hal dari berbagai ragam guru kehidupan.

“Tolong bantu kawan-kawan di LSO (Lentera Sukses Organisasi) di acara tanggal 1-2 Januari.”

Yaps. Saya langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang. Karena jauh-jauh hari saya sudah tahu jika kawan-kawan di LSO akan mengadakan event besar di awal tahun.  Dengan berat hati saya lalu menghubungi kawan-kawan yang lain yang sudah membuat janji barbecue di kawasan Tai Mei Tuk, Taipo.  Maaf, belum bisa menepati janji untuk ngeluyur bareng. InsyaAllah semoga nanti saya masih ada waktu yang tepat, kawan.


Mendadak saya merinding sendirian.  Ingatan saya mengembara dengan cepat  ketika 9 Januari 2011 yang lalu, alhamdulillah  saya berkesempatan  menghadiri training ESQ yang sama. ‘Bentuk Karakter Bangun Pribadi Emas’ adalah tema yang diangkat dalam kesempatan itu. Dance Cafe Building—Fotress Hill satu tahun yang lalu saya  mulai mengenal ESQ.
ESQ 9 Januari 2011/ani.doc


ESQ 9 Januari 2011/ani.doc





Mungkin memang sangat telat bagi saya untuk  tahu tentang ESQ. Keterbatasan waktu serta jarak yang jauh membuat saya  tidak begitu aktif up date berita di tanah air semenjak kurang lebih 6 tahun ini.

Saya masih ingat pula, ketika tangis saya pecah dengan dasyatnya. Seumur-umur saya menangis dengan durasi waktu yang lama dan melelahkan dalam hidup saya baru terjadi dua kali.

Pertama adalah ketika saya lulusan SD. Adalah keisengan dari paman saya. Setelah mengambil ijazah kelulusan oleh wali murid,  saya diberitahu kalau nilai ujian saya tidak memadai untuk memasuki salah satu Sekolah Negeri  favorit di tempat saya. Seketika itu saya tersungkur. Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal dalam setiap nilai Raport terakhir ujian saya, paling tidak saya tidak lari dari peringkat 10 besar. Bahkan saya bisa bertahan diperingkat 3 besar ketika itu.

 Dari pagi sampai sore saya menangis di kamar. Tidak mau makan dan tidak mau apapun. Dibujuk apapun juga tidak mempan. Setelah magrib usai, baru saya dipanggil keluar dengan paksa oleh nenek saya. Tawa mereka pecah seketika menatap wajah saya yang sudah kuyu seperti sayur yang direbus.  Hahaha, katanya saya berhasil dikerjai. Makannya belajar yang rajin ya, nduk! Hohoho, akhirnya.

 Setelahnya  saya  baru tahu sendiri nilai asli dari ujian itu.   Dan ternyata....Alhamdulillah perasaan lega menyelimuti  hati saya. Hmmm, tahu dikerjai begini. Menyesal dech nangis dari subuh sampai malam. 

Dan tangis  hebat kedua dalam hidup saya terjadi ketika saya mengikuti training ESQ yang pertama, awal Januari 2011. Perasaan berekecamuk memenuhi rongga dada saya.  Sesak. Saya menangis dengan dasyat ketika itu. Badan saya terasa lemas. Tenaga terkuras habis seharian. Bukan karena kerja yang melelahkan, tetapi karena emosi yang terluapkan.

Setelahnya saya cepat menelfon Ibu saya yang berada di kampung. Saya meminta maaf kepada Ibu saya. Dan tanpa dinyana, tangis Ibu saya juga pecah setelah mendengar kata maaf dari saya. Ya, tangis kami pecah. Beradu  di antara ujung ketemu ujung telfon yang bermuara kerinduan.  Sangat mengesankan, karena selama ini saya belum pernah mendengar atau melihat langsung Ibu saya menangis.

 Saya yakin, bahwa tidak ada orang tua yang tidak akan terketuk pintu hatinya ketika anaknya meminta maaf. Meletakkan emosi  pada tempat yang paling dasar. Dan segala ketinggian hati yang selama ini kadang lebih  banyak menguasai, memenuhi rongga-rongga yang kosong di sisa persendian. Bu, maafkan untuk salah anakmu yang  selama ini bandelnya minta ampun.
Hehee, jadi curhat.

Kembali ke laptop. Eh, ke ESQ diiiiing.....

Saya menjadi lebih siap untuk menghadiri training ESQ kali ini. Luar biasa! Itulah yang bergumam di hati saya. Apresiasi yang luar biasa atas semangat kawan-kawan yang telah merelakan waktunya untuk ilmu dan kesempatan yang luar biasa ini. Terhitung jarang-jarang ada acara seperti ini di Hong Kong dibanding dengan gelaran hiburan yang lebih merajai di luar sana. (red-kawasan kampung  jawa dan sekitarnya).


Presentasi langsung dari pendiri dan pimpinan ESQ Dr. H.C Ary Ginanjar Agustian, membuat musim dingin ini tidak begitu terasa dingin lagi. Berbagai macam materi membombardir semangat kawan-kawan BMI. Penyampaian materi yang sangat padat terasa lebih cepat sekali tak terasa. Waktu pagi berubah siang. Siang berburu petang. Semua berjalan begitu cepat.  Nilai-nilai keberanian, kedisiplinan, keteguhan,  kejujuran, ketangguhan, serta keinginan menjadi kunci utama untuk perubahan  karakter diri yang lebih baik lagi. Hingga datang penyampaian materi Asma’ul Husna. Tangis kami pecah. Ya Allah, saya tak kuat menahan derai air mata serta rasa sesak yang ingin meledak dalam dada.


Di tengah himpitan bermacam cobaan. Gunungan masalah. Terkait guncangan masalah perekonomian. Latar belakang dengan keluarga dan keharmonisan.  Masalah pergaulan dan salah pilih teman. Perjuangan keras  mengubah nasib demi masa depan yang bahagia, seperti cita-cita awal  yang kami impikan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Hong Kong-----yang kesemuanya  mengawali carut marutnya ketidak tahuan apa yang menjadi tujuan hidup kami.

Gedung itu terasa terhimpit oleh suara jerit tangis wajah-wajah yang kering kerohaniaannya. Selama ini, di Hong Kong adalah sangat sulit untuk tetap bisa memegang  identitas keislaman kami. Mengingat kami hidup di wilayah yang minoritas Islam, tidak dapat dielakkan jika terjadi larangan-larangan untuk beribadah sesuai dengan kepercayaan kami.


Luapan semangat, kebahagiaan serta keharuan menyelimuti kawan-kawan yang menghadiri acara ini.  Beragam ekspresi terlihat muncul di raut wajah mereka. Bahwa untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam menyikapi hidup ini  seakan tersirat dalam aura-aura baru mereka.  Semoga hidayah menyertai kami Ya Rahim. Amin.


Dengan menempatlan diri  sama seperti kawan-kawan saya, harapan besar muncul untuk kawan BMI lainnya. Semoga kerja keras kita selama ini dalam bekerja siang dan malam tidak hanya mengejar kebahagiaan materi saja.  Hong Kong adalah bukan tujuan terakhir kita. Jangan jadikan diri kita terlalu lama menjadi korban shock culture dengan kemanjaan materi dan kemewahan yang sekarang dapat dengan bebas kita genggam erat di genggaman.  

Jangan jadikan diri kita diperdaya oleh mereka para pemilik modal yang besar, sehingga menjadikan diri kita lemah; takut oleh kedzaliman. Berhematlah kawan. Jangan membiasakan diri menjadi sosok yang konsumtif akut. Ingatlah tujuan awal kita berani menginjakkan kaki di Hong Kong ini. Akan berapa lama  kita di Hong Kong ini? Bukankah tidak ada jaminan akan selamanya kita bisa berada di Hong Kong ini? Sementara untuk kita, khususnya saya menasihati diri saya sendiri jika kita juga tidak tahu dan tidak ada jaminan sampai kapan usia kita akan tetap di titipkan  oleh Allah pada raga ini?


”Letakkan suami, uang, anak, harta, kemewahan, harga diri itu hanya  pada genggaman tangan kananmu. Tetapi letakkan Allah yang ada di hatimu.”

“Bukankah sudah banyak kejadian di muka bumi ini sebagai contohnya? Suami akan pergi. Anak akan pergi. Harta akan hilang. Harga diri dapat di rusak. Lalu kenapa engkau masih bersandar pada mereka? Bukankah engkau pernah kecewa akibat terlalu berharap pada mereka. Lalu  di mana engkau letakkan Allah selama ini?” Mengutip training pada hari Minggu-Senin kemaren.


Ya Rabb semoga Engkau membuka pintu hidayah pada kami. Memberi kami kesempatan untuk menata dan membawa hati ini ke jalan-Mu. Bahwa Engkau mengetahui apapun yang kami lakukan, meski Ibu, bapak,  beserta kawan  kami tidak mengetahuinya. Dan kelak Engkau akan meminta pertanggung jawaban dari itu semua.  Astagfirullah...
ESQ 1-2 Januari  2012/ani.doc


Ekpresi kegembiraan. ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc





Ani Ramadhanie
New Territories
Hening.4 Januari 2011
Catatan ini saya buat bukan untuk menggurui siapapun. Sekedar ruang saya berbagi tentang sekelumit hati sebagai pengingat diri. Wallahu’alam....

1 komentar:

  1. Subhanallah mba anie, luar biasa sharingnya, smoga tetap dalam curahan hidaya Allah, amien

    BalasHapus