 |
ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc |
Chou san Selamat
Pagi!!!
Chou san!!!
Lei hou? Apa kabar?
Hou!!! Baik!!!
Sapaan itu menghentak serempak di antara
sekitar 400 peserta training yang hadir
memenuhi Youth Square Building di Chai Wan.
Minggu, 1 Januari 2012. Tahun baru yang menyapa tepat di hari minggu,
mendatangkan rezeki tersendiri bagi kami (red-Buruh Migran Indonesia) di Hong Kong).
Hak libur yang telah ditata rapi oleh Hong
Kong membuat kami bisa mendapatkan kesempatan yang sangat luar biasa meskipun
dalam kesempitan waktu yang ada. Yaitu hak libur di setiap minggunya beserta 12 hak libur nasional setiap tahunnya.
Adalah hal yang wajar ketika waktu liburan
datang, hiburan menjadi uberan kawan-kawan BMI di Hong Kong. Hal itu tidak terlepas
dari kelelahan fisik serta mental setelah sepekan termakan rutinitas yang
begitu melelahkan.
Tahun baru!
Yaps. Apalagi untuk yang ini. Bahkan semenjak
jauh-jauh hari sudah dirancang berbagai kegiatan untuk melewatkan moment
pergantian tahun ini. Berbagai tawaran
datang. Tahun baruhan yang identik dengan pesta dan perayaan yang wah, juga
sudah terlihat nyembul di angan-angan. Paling
tidak, bagi saya ini adalah moment yang pas untuk berkumpul dengan kawan lama yang
sudah sangat jarang bersua. Karena selama ini, saya selalu sibuk diberbagai kegiatan
Minggu ataupun bergabung bersama kawan-kawan organisasi yang ada di Hong Kong. Mengisi liburan dengan berbagai kegiatan.
Belajar banyak hal dari berbagai ragam guru kehidupan.
“Tolong bantu kawan-kawan di LSO (Lentera Sukses Organisasi) di
acara tanggal 1-2 Januari.”
Yaps.
Saya langsung mengiyakan tanpa berfikir panjang. Karena jauh-jauh hari saya
sudah tahu jika kawan-kawan di LSO akan mengadakan event besar di awal tahun. Dengan berat hati saya lalu menghubungi
kawan-kawan yang lain yang sudah membuat janji barbecue di kawasan Tai Mei Tuk, Taipo. Maaf, belum bisa menepati janji untuk ngeluyur
bareng. InsyaAllah semoga nanti saya masih ada waktu yang tepat, kawan.
Mendadak
saya merinding sendirian. Ingatan saya
mengembara dengan cepat ketika 9 Januari
2011 yang lalu, alhamdulillah saya berkesempatan
menghadiri training ESQ yang sama.
‘Bentuk Karakter Bangun Pribadi Emas’ adalah tema yang diangkat dalam
kesempatan itu. Dance Cafe Building—Fotress Hill satu tahun yang lalu saya mulai mengenal ESQ.
 |
ESQ 9 Januari 2011/ani.doc
|
 |
ESQ 9 Januari 2011/ani.doc
|
Mungkin
memang sangat telat bagi saya untuk tahu
tentang ESQ. Keterbatasan waktu serta jarak yang jauh membuat saya tidak begitu aktif up date berita di tanah air
semenjak kurang lebih 6 tahun ini.
Saya
masih ingat pula, ketika tangis saya pecah dengan dasyatnya. Seumur-umur saya
menangis dengan durasi waktu yang lama dan melelahkan dalam hidup saya baru
terjadi dua kali.
Pertama
adalah ketika saya lulusan SD. Adalah keisengan dari paman saya. Setelah
mengambil ijazah kelulusan oleh wali murid,
saya diberitahu kalau nilai ujian saya tidak memadai untuk memasuki
salah satu Sekolah Negeri favorit di
tempat saya. Seketika itu saya tersungkur. Bagaimana ini bisa terjadi? Padahal
dalam setiap nilai Raport terakhir ujian saya, paling tidak saya tidak lari
dari peringkat 10 besar. Bahkan saya bisa bertahan diperingkat 3 besar ketika
itu.
Dari pagi sampai sore saya menangis di kamar.
Tidak mau makan dan tidak mau apapun. Dibujuk apapun juga tidak mempan. Setelah
magrib usai, baru saya dipanggil keluar dengan paksa oleh nenek saya. Tawa
mereka pecah seketika menatap wajah saya yang sudah kuyu seperti sayur yang
direbus. Hahaha, katanya saya berhasil
dikerjai. Makannya belajar yang rajin ya, nduk! Hohoho, akhirnya.
Setelahnya saya baru tahu sendiri nilai asli dari ujian
itu. Dan ternyata....Alhamdulillah perasaan lega
menyelimuti hati saya. Hmmm, tahu
dikerjai begini. Menyesal dech nangis dari subuh sampai malam.
Dan
tangis hebat kedua dalam hidup saya
terjadi ketika saya mengikuti training ESQ yang pertama, awal Januari 2011.
Perasaan berekecamuk memenuhi rongga dada saya. Sesak. Saya menangis dengan dasyat ketika itu.
Badan saya terasa lemas. Tenaga terkuras habis seharian. Bukan karena kerja
yang melelahkan, tetapi karena emosi yang terluapkan.
Setelahnya
saya cepat menelfon Ibu saya yang berada di kampung. Saya meminta maaf kepada
Ibu saya. Dan tanpa dinyana, tangis Ibu saya juga pecah setelah mendengar kata
maaf dari saya. Ya, tangis kami pecah. Beradu di antara ujung ketemu ujung telfon yang
bermuara kerinduan. Sangat mengesankan,
karena selama ini saya belum pernah mendengar atau melihat langsung Ibu saya
menangis.
Saya yakin, bahwa tidak ada orang tua yang
tidak akan terketuk pintu hatinya ketika anaknya meminta maaf. Meletakkan emosi
pada tempat yang paling dasar. Dan
segala ketinggian hati yang selama ini kadang lebih banyak menguasai, memenuhi rongga-rongga yang
kosong di sisa persendian. Bu, maafkan untuk salah anakmu yang selama ini bandelnya minta ampun.
Hehee,
jadi curhat.
Kembali
ke laptop. Eh, ke ESQ diiiiing.....
Saya
menjadi lebih siap untuk menghadiri training ESQ kali ini. Luar biasa! Itulah
yang bergumam di hati saya. Apresiasi yang luar biasa atas semangat kawan-kawan
yang telah merelakan waktunya untuk ilmu dan kesempatan yang luar biasa ini. Terhitung
jarang-jarang ada acara seperti ini di Hong Kong dibanding dengan gelaran
hiburan yang lebih merajai di luar sana. (red-kawasan kampung jawa dan sekitarnya).
Presentasi
langsung dari pendiri dan pimpinan ESQ Dr. H.C Ary
Ginanjar Agustian, membuat musim dingin ini tidak begitu terasa dingin lagi. Berbagai
macam materi membombardir semangat kawan-kawan BMI. Penyampaian materi yang
sangat padat terasa lebih cepat sekali tak terasa. Waktu pagi berubah siang.
Siang berburu petang. Semua berjalan begitu cepat. Nilai-nilai keberanian, kedisiplinan,
keteguhan, kejujuran, ketangguhan, serta
keinginan menjadi kunci utama untuk perubahan karakter diri yang lebih baik lagi. Hingga
datang penyampaian materi Asma’ul Husna. Tangis kami pecah. Ya Allah, saya tak
kuat menahan derai air mata serta rasa sesak yang ingin meledak dalam dada.

Di tengah himpitan bermacam cobaan. Gunungan masalah. Terkait
guncangan masalah perekonomian. Latar belakang dengan keluarga dan
keharmonisan. Masalah pergaulan dan
salah pilih teman. Perjuangan keras mengubah nasib demi masa depan yang bahagia,
seperti cita-cita awal yang kami impikan
ketika pertama kali menginjakkan kaki di Hong Kong-----yang kesemuanya mengawali carut marutnya ketidak tahuan apa
yang menjadi tujuan hidup kami.
Gedung itu terasa terhimpit oleh suara jerit tangis
wajah-wajah yang kering kerohaniaannya. Selama ini, di Hong Kong adalah sangat
sulit untuk tetap bisa memegang identitas
keislaman kami. Mengingat kami hidup di wilayah yang minoritas Islam, tidak
dapat dielakkan jika terjadi larangan-larangan untuk beribadah sesuai dengan
kepercayaan kami.
Luapan semangat, kebahagiaan serta keharuan menyelimuti
kawan-kawan yang menghadiri acara ini. Beragam ekspresi terlihat muncul di raut wajah
mereka. Bahwa untuk menjadi yang lebih baik lagi dalam menyikapi hidup ini seakan tersirat dalam aura-aura baru mereka. Semoga hidayah menyertai kami Ya Rahim. Amin.
Dengan menempatlan diri sama seperti kawan-kawan saya, harapan besar
muncul untuk kawan BMI lainnya. Semoga kerja keras kita selama ini dalam bekerja
siang dan malam tidak hanya mengejar kebahagiaan materi saja. Hong Kong adalah bukan tujuan terakhir kita. Jangan
jadikan diri kita terlalu lama menjadi korban shock culture dengan kemanjaan materi dan kemewahan yang sekarang dapat
dengan bebas kita genggam erat di genggaman.
Jangan jadikan diri
kita diperdaya oleh mereka para pemilik modal yang besar, sehingga menjadikan
diri kita lemah; takut oleh kedzaliman. Berhematlah kawan. Jangan membiasakan diri
menjadi sosok yang konsumtif akut. Ingatlah tujuan awal kita berani
menginjakkan kaki di Hong Kong ini. Akan berapa lama kita di Hong Kong ini? Bukankah tidak ada
jaminan akan selamanya kita bisa berada di Hong Kong ini? Sementara untuk kita,
khususnya saya menasihati diri saya sendiri jika kita juga tidak tahu dan tidak
ada jaminan sampai kapan usia kita akan tetap di titipkan oleh Allah pada raga ini?
”Letakkan suami,
uang, anak, harta, kemewahan, harga diri itu hanya pada genggaman tangan kananmu. Tetapi
letakkan Allah yang ada di hatimu.”
“Bukankah sudah
banyak kejadian di muka bumi ini sebagai contohnya? Suami akan pergi. Anak akan
pergi. Harta akan hilang. Harga diri dapat di rusak. Lalu kenapa engkau masih
bersandar pada mereka? Bukankah engkau pernah kecewa akibat terlalu berharap
pada mereka. Lalu di mana engkau
letakkan Allah selama ini?” Mengutip training pada hari Minggu-Senin kemaren.
Ya Rabb semoga Engkau
membuka pintu hidayah pada kami. Memberi kami kesempatan untuk menata dan
membawa hati ini ke jalan-Mu. Bahwa Engkau mengetahui apapun yang kami lakukan,
meski Ibu, bapak, beserta kawan kami tidak mengetahuinya. Dan kelak Engkau
akan meminta pertanggung jawaban dari itu semua. Astagfirullah...
 |
ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc
|
 |
Ekpresi kegembiraan. ESQ 1-2 Januari 2012/ani.doc |
Ani Ramadhanie
New Territories
Hening.4 Januari
2011
Catatan ini saya
buat bukan untuk menggurui siapapun. Sekedar ruang saya berbagi tentang
sekelumit hati sebagai pengingat diri. Wallahu’alam....